Minggu, 16 Oktober 2011

Gelar Tiban Minta Hujan

LESTARIKAN BUDAYA: Dua orang saling cambuk dalam pergelaran Tiban di Kanigoro kemarin.


BLITAR – Sudah tiga bulan wilayah Blitar tak diguyur air hujan. Warga setempat memiliki tradisi ritual kesenian Tiban untuk mendatangkan hujan.  Seperti yang dilakukan masyarakat Dusun Sumberagung, Desa Banggle, Kecamatan Kanigoro. Selama dua hari ini warga menggelar ritual Tiban, dengan mengundang ratusan warga dari berbagai daerah. Di antaranya Blitar sendiri, Kediri, dan Tulungagung. Informasi dari panitia Tiban, sedikitnya 300 lembar undangan telah disebar untuk memeriahkan acara yang digelar hampir tiap tahun ini. Biasanya ritual Tiban dilaksanakan jika musim kemarau terlalu panjang. “Acara Tiban ini akan kami selenggarakan hingga Minggu (30/10) mendatang,” ujar Miskam, 41,ketua panitia ritual Tiban.

Ritual Tiban sendiri dilaksanakan oleh pria satu lawan satu dengan umur yang  sebaya, atau paling tidak postur tubuh seimbang. Sebab dalam adu cambuk itu kekuatan masing-masing pihak harus seimbang. Tak hanya itu, dalam tarung cambuk itu, ada aturan yang tidak boleh dilanggar. Setiap menyabetkan cambuk, tidak boleh menyasar alat vital atau wajah. 
Sedangkan cambuk sendiri terbuat dari lidi aren yang dipintal sedemikian rupa hingga membentuk sebuah cambuk. Dan cambuknya sendiri disediakan oleh panitia. Hal itu juga dilakukan untuk menghindari kecurangan antar peserta yang menyelipkan benda tajam di ujung cambuknya. Dalam pelaksanaannya, ritual Tiban sendiri sangat menarik minat masyarakat. Tidak hanya para pemuda, orang tua dan anak-anak banyak juga yang tertarik mengikuti ritual adu ketangkasan itu. Setelah terjadi kesepakatan di atas panggung, dua peserta langsung bertanding. Usai acara Tiban, antara dua peserta tidak boleh ada rasa dendam. Semua itu dilaksanakan untuk melestarikan kesenian daerah yang mulai ditinggalkan.
Untuk memeriahkan acara, Tiban diiringi irama gamelan yang terdiri dari kenong, gendang, dan gong. Gamelan sederhana itu diharapkan bisa memberikan semangat kepada para pemain yang sedang naik panggung. Semakin kencang memukul, biasa permainan di atas panggung semakin sengit dalam mencabuk serta tangkisan. (ynu/cam)

(sumber: Radar Blitar)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar