Selasa, 14 Juni 2011

pusaka eyang djoego

kirab pusaka

Haul Eyang Djoego ke 140

Setiap tahun kirab pusaka Eyang Djoego selalu menyedot perhatian para wisatawan. Terakhir kali kirab pusaka itu digelar pada 9 Oktober 2010 lalu di Desa Jugo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar. Agenda tahunan ini memang merupakan daya tarik tersendiri dari wilayah Blitar bagian timur ini. Dikemas sederhana saja, banyak pengunjung yang mengikuti prosesi penghormatan kepada leluhur yang dilaksanakan selama beberapa hari ini. Apalagi jika dikemas lebih bagus dan menarik, tentu semakin banyak wisatawan yang mengagendakan untuk datang ke Blitar mengikuti agenda kirab pusaka ini.


Tahun 2010 lalu, merupakan tahun keempat upaya pelestarian budaya bangsa itu. Menurut Juru Kunci Pesarehan Eyang Djoego Arif Yulinato Wicaksono (33), kegiatan kirab pusaka itu merupakan salah satu kegiatan di Desa Jugo yang ditujukan untuk menghormati jasa leluhur. Harapannya agar mendapatkan berkah dari Allah SWT, sehingga kehidupan masyarakat menjadi aman, tentram, dan sejahtera. Sebanyak 25 pusaka yang terdiri dari keris, tombak, pedang, alu, dikirabkan sepanjang jalan desa.

Sekitar pukul 01.00, pusaka tersebut diambil dari Pesarehan Eyang Djoego dan dibawa ke Pesarehan Eyang Tundonegoro, kakek Eyang Djoego dan pusaka itu dibersihkan oleh sesepuh desa. Baru sekitar pukul 14.00, semua pusaka dikembalikan ketempat asalnya. Kegiatan itu rutin dilakukan setiap tahun dan bisa menjadi salah satu kegiatan untuk melestarikan budaya  bangsa. Berangkat dari Pesarehan Eyang Tundonegeoro yang terletak di sisi selatan Desa Jugo, ratusan peserta kirab mulai berjajar di sepanjang jalan desa, mulai kesenian kuda lumping, pasukan pembawa panji, dayang-dayang, pasukan pembawa pusaka, pasukan pembawa tumpengan. Mereka tampak antuasias mengikuti kegiatan yang diselenggarakan empat tahun terakhir.


Mengirab pusaka mereka harus menempuh perjalanan sekitar dua kilometer menuju pesarehan Eyang Djoego di sisi utara desa. Sepanjang perjalanan ratusan warga memadati dan rela berpanas-panasan untuk melihat kirab pusaka. Puncak acara berada di Pesarehan Eyang Djoego. Itulah yang banyak dinanti oleh pengunjung yang datang. Setelah sekitar 25 pusaka itu diletakkan di Pesarehan Eyang Djoego. Tumpengan yang dibawa dalam kirab tersebut akan di perebutkan oleh pengunjung dan warga sekitar. Mereka percaya dengan ikut berebut tumpengan yang terdiri dari jajanan pasar dan polo kependem tersebut akan mendapatkan berkah. Bahkan mereka rela berdesak-desakan hanya untuk mendapatkan salah satu isi tumpengan tersebut.

Tahun 2011 ini, kirab pusaka Eyang Djoego dilaksanakan pada Kamis, 29 September lalu. Sama seperti tahun sebelumnya, agenda tahunan Desa Jugo ini menarik minat pengunjung yang sangat banyak. Ayo lestarikan budaya lokal, jangan sampai punah,.

rebutan tumpengan

doakan leluhur

doakan leluhur

doakan leluhur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar