Belum Diberi Nama, Sementara Dipanggil Tole Jumbo
Imroatul Khanifa, 38, melahirkan bayi super jumbo. Bagaimana tidak, berat badan bayinya mencapai 5,6 kilogram melalui proses persalinan caesar. Kelahiran bayi ini mencuri perhatian warga Desa Rejowinangun, Kecamatan Kademangan. Berikut laporannya.
Yanu Aribowo, Blitar
Kelahiran anak kelima bagi pasangan Muhroji, 45, dan Imroatul Khanifah, 38, membawa berkah dan kejutan. Bayinya dilahirkan pada Kamis (29/9) sekitar pukul 18.00 itu berat badan tidak lazimnya bayi alias langka. Sebab, berat badannya mencapai 5,6 kilogram.
Kelahiran bayi montok dengan panjang 52 sentimeter itu tentu mengejutkan orang tua dan keluarga yang saat itu tengah menunggui proses persalinan di RS Eramedika, Ngunut, Tulungagung. Sebab, kelahiran bayi dengan berat badan di atas rata-rata itu atau istilah medisnya makrosomia sangat jarang terjadi. Saat ini bayi yang masih berumur delapan hari itu tampak seperti bayi usia tiga bulan.
Setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit, sejak Minggu (2/10) lalu bayi yang belum diberi nama itu dirawat di rumah neneknya, Siti Rokhana, 59, di Desa Rejowinangun. Sebelum mendapatkan nama resmi, bayi itu sering kali dipanggil tole jumbo atau anak laki-laki yang besar. Bayi montok itu sengaja dibawa pulang ke rumah neneknya, agar mendapat perhatian dan perawatan yang maksimal, jika pasutri yang telah dikaruniai lima anak itu mengalami kendala. Praktis sejak mendapatkan perawatan di rumah Siti, masyarakat sekitar dan kerabat satu per satu datang silih berganti untuk ikut jagong bayi. Banyak yang merasa heran dengan kelahiran bayi montok itu. Sebab empat anak Imroatul kelahirannya normal dengan berat badan antara 3,5 kilogram hingga 3,8 kilogram, dan empat anak itu lahir dengan proses normal.
Namun khusus anak bungsunya itu, proses kelahirannya harus melalui operasi caesar. Sebab dengan kondisi berat badan di atas rata-rata, seorang perempuan akan sulit melahirkan seorang bayi jumbo dengan kelahiran normal, apalagi untuk ukuran orang Asia. Selain itu, pada proses persalinan awalnya kehadiran bayi jumbo itu dikira anak kembar. Sebab dengan kondisi perut ibu yang sangat besar, bidan setempat di Rejotangan, tempat pasutri itu selama ini tinggal menyarankan persalinan dilakukan di rumah sakit dengan operasi. “Katanya kembar, kok malah jumbo,” ujar Siti, nenek bayi itu.
Awalnya bidan yang memeriksa kandungan bayi menduga jika Imroatul akan mendapatkan bayi kembar. Selain itu pada saat proses persalinan, Imroatul juga membutuhkan waktu yang lama, sehingga akhirnya diputuskan untuk operasi caesar. Sebab selama ini, kondisi kandungan memang lebih besar jika dibandingkan dengan kandungan empat orang kakaknya. Bahkan pada saat kehamilan, berat badan sang ibu mencapai 117 kilogram. Padahal pada empat kehamilan sebelumnya berat badan sang ibu tak pernah mencapai berat 90 kilogram.
Sementara itu, dari ilmu kedokteran, kelahiran bayi dengan berat di atas rata-rata itu diistilahkan makrosomia. Proses kelahiran bayi masuk kategori makrosomia jika berat badan bayi di atas empat kilogram. Untuk wilayah Blitar Raya sendiri, kelahiran bayi dengan berat badan 5,6 kilogram pernah terjadi sekitar setahun yang lalu di wilayah Kota Blitar. Nah, dengan kondisi itu pihak dokter menyarankan, agar bayi itu harus mendapatkan perhatian yang serius. Pihak keluarga harus rutin mengecek kondisi kesehatan untuk menghindari kekhawatiran karena kekurangan kadar gula atau hipoglikemi.
Menurut dokter kandungan, kelahiran bayi dengan berat badan di atas empat kilogram merupakan bayi di atas normal. Penyebabnya sendiri terdapat tiga faktor, yakni faktor keturunan, sang ibu mengidap diabetes, atau kehamilan yang telah melewati waktu kelahiran atau di atas 42 minggu kehamilan. Dan frekuensi proses kelahiran dengan berat empat kilogram ada 5,3 persen. Sedangkan untuk berat di atas lima kilogram sangat jarang sekali, atau pada kisaran 0,3 persen. Dan dengan berat bayi di atas lima kilogram sebanyak 70 persen harus melalui operasi caesar. “Dan kelahiran seperti itu sangat jarang terjadi di wilayah Indonesia,” jelas dr Djamil Suherman, SpOG
Sedangkan saran dari dokter anak, si bayi jumbo itu harus mendapatkan asupan air susu ibu (ASI) yang lebih banyak dibandingkan bayi dengan berat normal. Dan yang terpenting, bayi harus diperiksa gula darahnya karena berat badannya melebihi ukuran lahir normal. Pada bayi dengan berat badan lahir di atas empat kilogram, jika mengalami hipoglikemi sering menyebabkan gangguan otak, energi kurang, oksigen kurang yang sering menyebabkan kematian mendadak. “Yang kita takutkan adalah kekurangan kadar gula atau disebut hipoglikemi. Maka dari itu bayi harus selalu diperiksakan kesehatannya,” jelas dr Sukardi SpA.
Sebab, usai proses kelahirannya, tole jumbo sempat menjalani perawatan medis di rumah sakit selama tiga hari, karena mengalami detak jantung yang lemah di bawah normal. Kini bayi itu dirawat di rumah sang nenek di Desa Rejowinangun. Pihak keluarga sendiri berencana memberikan nama untuk tole jumbo pada pekan ini, sambil menunggu pencarian nama dari bapaknya. (*)
dipangku sang nenek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar