Minggu, 10 November 2013

Ikan Gurami, Telur Menetas Dapat Duit


BLITAR – Pasar ikan Gurami yang masih luas, membuat budidaya ikan ini dilirik dan diminati pembudidaya di Blitar Raya. Seperti yang digeluti Suprianto, 46, warga Dusun Bakulan, Desa Bendosewu, Kecamatan Talun. Sejak 1995 lalu, pria yang biasa disapa Anto, ini sudah menggeluti budidaya ikan Gurami. Di Blitar sendiri, pembudidaya Gurami ada di beberapa kecamatan, antara lain Talun, Kanigoro, Selopuro, Sutojayan, dan Kademangan. Saat ini, untuk keberlangsungan usahanya, Anto memiliki ikan Gurami indukan sebanyak 180 ekor, yang terdiri dari betina 150 ekor dan jantan 30 ekor.


Sedangkan hasil budidaya dari wilayah Blitar, biasanya mensuplai kebutuhan bibit Gurami di wilayah Tulungagung, Trenggalek, Pacitan, Madiun, Malang, Kediri, dan Nganjuk. Para pengepul dan pembudidaya langsung mengambil bibit mulai umur 0 hari hingga tiga bulan, ke pembudidaya bibit Gurami, yang tergabung dalam kelompok tani (poktan) tiap desa. Selain itu, setahun terakhir Anto juga mulai melirik pasar di Kalimantan. Untuk luar pulau tersebut, bibit Gurami yang diambil adalah umur 1,5 bulan hingga dua bulan, dan dalam sebulan bisa mencapai 10 ribu ekor, belum termasuk pembudidaya lainnya. “Jika pasar lokal bisa mencapai 20 ribu ekor,” ujarnya.

Berdasarkan pengalamannya selama ini, permintaan bibit ikan Gurami merangkak naik pada akhir tahun, September hingga Desember mendatang. Musim hujan dengan suhu yang hangat di kolam sangat disukai ikan Gurami. Sedangkan penyakit yang biasa menyerang Gurami adalah bintik putih, yang menyerang Gurami umur 0-1 bulan, dan kebanyakan ikan gurami kecil mati bila sudah terserang. Agar hasil pembibitan maksimal, lebih baik dilakukan pencecahan dengan memberi antiseptik, yang bisa dibeli toko pertanian setempat.

Untuk memulai budidaya Gurami, sebaiknya memulai dari membeli indukan yang sudah berumur tujuh tahunan, karena produksi telur sudah maksimal. Di pasaran, harga indukan berkisar pada Rp 50-70 ribu per ekor. Jika indukan bagus, dalam dua bulan sekali indukan bisa dikawinkan, dengan produksi telur lebih banyak sekitar 2000-7000 butir telur, tergantung kualitas indukan, tapi rata-rata 4000 butir telur. Ciri-ciri indukan yang bagus, antara lain sisik lentur, postur tubuh lunak, warna sisik bersih abu-abu, dan panjang sudah mencapai 40 sentimeter. “Biasanya bobotnya sekitar 1,5-2 kilogram. Ikan gurami mulai bertelur sekitar umur empat tahun,” jelas Anto.

Untuk budidaya ikan Gurami, penangkaran induk menggunakan perbandingan satu pejantan dipasangkan dua betina, dalam kolam ukuran 2x2 meter, saat perut indukan terlihat buncit dan alat kelamin betina menonjol. Untuk sarang bertelur, disiapkan serabut dan ijuk, kemudian indukan segera membuat sarang sendiri dan dalam seminggu sudah terlihat butiran telur di sangkar. Ikan Gurami biasa bertelur pada pukul 13.00 hingga 16.00, dan keesokan harinya telur bisa diambil dan disimpan di dalam bak plastik. Dalam tiga hari sudah menetas sendiri.

Selanjutnya, setelah umur 10 hari, baru dipindahkan ke kolam ukuran 3x6 meter, yang bisa diisi bibit Gurami sekitar 10-12 ribu ekor. Sebagai asupan makanan, umur 0-1 bulan, bibit diberikan makanan cacing, dan baru satu bulan ke atas diberikan konsentrat pada pagi dan sore. Untuk pemula, bisa memulai dengan memelihara bibit Gurami umur tiga hari.

Saat ini, hanya nener umur 0-3 hari berkisar Rp 35-40 per ekornya, dan bisa mencapai Rp 50 per ekor. Bibit umur 15 hari berkisar Rp 125 per ekor, umur sebulan Rp 200 per ekor, umur dua bulan Rp 400-500 per ekor, umur 2,5 bulan Rp 700-800 per ekor, umur tiga bulan Rp 1000 per ekor. Harga tersebut merupakan harga bibit Gurami dari petani. Sedangkan untuk budidaya konsumsi, ikan Gurami biasanya dilepas pada umur 10 bulan, dengan harga Rp 20-23 ribu perkilo, dan pernah mencapai Rp 39 ribu perkilo.

Berdasarkan pengalaman Anto, ada perbedaan signifikan penangkaran ikan Gurami, antara kolam semen dan terpal dengan kolam tanah. Dengan bibit sekitar 10 ribu ekor, hasil budidaya konsumsi kolam semen dan terpal bisa mencapai 70-100 persen, sedangkan kolam tanah berkisar 50-60 persen. Selain itu, para pembudidaya untuk kelas konsumsi saat ini banyak yang menggunakan kolam dari dinding semen dan terpal. Sehingga jika bibit dari kolam semem dan terpal tidak perlu adaptasi lagi. Namun jika dimasukkan kolam tanah, malah tambah bagus tapi pembudidaya konsumsi jarang yang memakai kolam tanah. Di pasaran, biasanya ada selisih harga sekitar Rp 1000 antara ikan konsumsi dari kolam tanah dengan ikan yang ditangkar di kolam semen atau terpal. “Selain itu, untuk jarak jauh ikan tangkaran dari kolam semen dan terpal, daya tahannya lebih kuat,” jelas Anton. (ynu/ris)

Sumber: Radar Blitar

17 komentar:

  1. Klo sekarang harga bibit grameh berapa ya..

    BalasHapus
  2. Tolong donk no hp dari para penjual bibit gurame. Saya minat beli

    BalasHapus
  3. Tolong donk no hp dari para penjual bibit gurame. Saya minat beli

    BalasHapus
  4. ini juga ada kalau mau order gurame 085235968652

    BalasHapus
  5. tolong donk,,info no hp bibit gurame daerah madiun /ngawi

    BalasHapus
  6. silahkan kunjungi website kami http://www.aditya-farmhouse.com sedia bibit ikan gurame berbagai ukuran dan ikan air tawar lainnya. bisa kirim ke seluruh indonesia. lokasi kami di nganjuk. minat hub. 085235960652

    BalasHapus
  7. mau pesan telor ikan gurami wilayah kediri, dan sekarang berapa harganya,, trims,

    BalasHapus
  8. mohon info berapa kalau order telor gurami? di no telp berapa saya bisa komunikasi?

    BalasHapus
  9. Ni saya ada gurame 2/kg,tolong infox pengpul,minat pm,081252253335

    BalasHapus
  10. Tolong bli telur gurame dimana ya..
    Minta no hpnya yaa

    BalasHapus
  11. Saya sdah buat konstruksi kolam dari pasangn batu dan cor beton bertulang yg berukuran 4x4,18x6,25.3,5x9 dgn kedalaman 1,25 smp dgn 1,75 masih kosong pak....air dari sumur bor marsble

    BalasHapus
  12. klau ada sy butuh telornya kurang lebih 10rb

    BalasHapus