Jumat, 19 April 2013

Jamur Tiram Semakin Menjamur


BLITAR - Pangsa pasar yang bagus bagi jamur tiram, membuat budidaya jamur ini banyak diminati. Di wilayah Blitar Raya sendiri, budidaya jamur tiram sudah ada di beberapa kecamatan. Antara lain Gandusari, Wlingi, Kademangan, Sutojayan, dan Garum. Salah satunya seperti yang dilakukan Ismail, 55, warga Dusun Manukan, Desa Pojok, Kecamatan Garum ini.
Daya serap jamur tiram yang tinggi, bisa mendatangkan keuntungan yang tinggi bagi pembudidaya. Memang saat ini prospek penjualan bibit jamur dan jamur segar sangat tinggi. Untuk bibit jamur formula dua (F2), paling banyak menyuplai kebutuhan pembudidaya wilayah Kalimantan dan Sumatera. Tak hanya luar pulau, kebutuhan lokal akan bibit jamur F2 juga banyak, yakni Jawa Tengah, Malang, Kediri, Tulungagung, dan Blitar sendiri.

Saat ini, pasaran bibit F2 sendiri berkisar antara Rp 7.500 hingga Rp 15 ribu, melihat ukuran botol media bibit tersebut. Selain penjualan bibit F2, pembudidaya juga melepas bibit jamur dalam bentuk media tanam plastik siap tumbuh, dengan harga sekitar Rp 2.500 per buahnya. Sedangkan jamur tiram segar, saat ini harga pasaran berkisar pada angka Rp 8-10 ribu. Untuk jamur tiram pasar Malang, juga sangat besar menyerap penjualan dari wilayah Blitar. Setiap hari, permintaan dari Malang bisa mencapai satu kuintal per hari, bahkan bisa lebih. Tidak hanya itu, olahan jamur tiram juga memiliki pasar tersendiri.
Nah, bagi pembudidaya pemula, bisa memulai budidaya dengan jumlah sekitar 100 hingga 200 media tanam. Jika memulai budidaya pembelian media tanam siap tumbuh, keuntungan yang didapat bisa 100 persen hingga masa petik cabut jamur tiram berakhir. Jika menginginkan keuntungan yang lebih besar, pembudidaya bisa membeli bibit jamur F2, dan membuat media tanam sendiri.
Bagi pembudidaya yang terjun total, semua proses budidaya mulai bibit hingga pemetikan jamur dilakukan sendiri. Bagi Ismail, media yang digunakan untuk proses pembibitan awal adalah, bahan sayur-sayuran. Yakni, gabungan antara wortel dan kentang yang direbus dan diambil airnya. Kedua sayuran itu direbus bersama air murni, dan dipanaskan hingga suhu air mencaapi 100 derajat celcius, selama kurang lebih dua jam. Dari rebusan awal ini, akan didapatkan air yang bercampur kandungan protein kedua sayuran tersebut.
Selanjutnya, air dengan sari sayuran itu dicampurkan dengan agar-agar batangan. Lantas kedua bahan ini dipanaskan hingga bercampur menjadi satu. Kemudian sebagai media pembuatan bibit jamur, larutan ini dimasukkan ke dalam tabung reaksi ukuran sekitar 25 mililiter, dengan takaran sekitar seperempat tabung reaksi. Dari proses ini, tabung reaksi kemudian diletakkan dalam rak dengan posisi dimiringkan, dan disumbat kapas agar larutan tidak kemasukan benda asing lainnya.

Untuk memasukkan spora jamur ke dalam tabung reaksi, diperlukan pendinginan larutan dalam waktu sekitar dua hingga tiga hari. Nah, dalam waktu sekitar dua minggu, spora yang telah dimasukkan tadi akan berubah menjadi bibit jamur atau biasa diistilahkan formula nol (F0), yakni bibit jamur yang pertama kali. Dari bibit F0 inilah lalu dikembangkan lagi menjadi bibit yang lebih banyak lagi, atau yang disebut dengan formula satu (F1). “Untuk satu tabung reaksi F0 bisa dijadikan sekitar empat botol bibit F1,” ujar Ismail.
Lanjut pria 55 tahun, untuk mengeluarkan bibit jamur yang telah menempel pada tabung reaksi perlu menggunakan pinset. Satu botol calon F1 memerlukan bibit jamur F0 sekitar satu sentimeter yang menempel pada tabung reaksi. Untuk media yang digunakan dalam proses pembuatan bibit F1, diperlukan kombinasi berbagai bahan dasar. Yakni, serbuk gergaji seberat satu kilogram, bekatul padi seberat satu kilogram, bekatul jagung seberat 0,5 kilogram, serbuk kapur seberat satu ons. Setelah semua bahan tersebut tercampur, kemudian ditambahkan air secukupnya atau sekitar 60 persen. “Dari adonan ini biasanya bisa jadi sekitar 10 botol media bibit F1 dengan ukuran botol satu literan,” jelasnya.
Setelah kemasan media bibit siap, kemudian media dalam botol kaca tersebut dikukus dalam suhu sekitar 100 derajat celcius selama kurang lebih lima hingga tujuh jam. Kebanyakan, para pembudidayaan menggunakan drum bekas yang dimodifikasi sedemikian rupa agar menjadi kedap, serta suhu dan tekanan di dalam drum bisa terkontrol. Setelah proses pengukusan selesai, baru dilakukan proses pendinginan media, sebelum akhirnya dimasukkan bibit jamur F0. Setelah didiamkan dalam waktu sekitar sebulan, bibit F0 yang awal dimasukkan di ujung botol sudah bereaksi dan merambat hingga ke dasar botol, dan jadilah bibit F1.
Nah, langkah yang sama bisa dilakukan dalam proses pembuatan bibit formula dua (F2). Untuk satu botol F1 ukuran botol satu literan bisa digunakan untuk pembuatan sekitar 200 ratusan botol bibit F2, dengan takaran sekitar satu sendok teh bibit F1. Dalam waktu sekitar sebulan, media bibit F2 sudah dipenuhi dengan spora jamur yang merambat ke dasar botol. Agar tidak terjadi kontaminasi dengan spora jamur liar, semua proses pemindahan calon bibit harus dilakukan dalam kondisi ruang dan botol yang steril. Untuk itu, biasanya diperlukan ruangan khusus yang dilakukan untuk pembuatan pembibitan. Pembudiya akan menyemprotkan terlebih dahulu alkhohol kandungan 95 persen ke berbagai sudut ruangan dan botol agar steril.
Setelah pembuatan bibit selesai, diperlukan media tanam untuk menghasilkan jamur tiram. Untuk pembuatan media tanam bisa dilakukan dengan perbandingan serbuk gergaji sekitar satu kuintal, bekatul padi seberat 10-15 kilogram, bekatul jagung seberat lima kilogram, serbuk kapur seberat satu kilogram, serta ditambahkan air secukupnya. Dari adonan itu bisa dihasilkan sebanyak media tanam sekitar 120 baglog atau plastik dengan ukuran 18 x 35 sentimeter dengan tebal 0,4 milimeter. Setelah media bibit jadi, juga diperlukan pengukusan seperti pembuatan media bibit sebelumnya. Pada saat dikukus, cincin pada ujung media tanam harus ditutup. Baru setelah didinginkan dibuka dan diganti dengan koran yang telah disterilkan usai dimasukkan spora bibit jamur. Untuk media tanam 120 buah, diperlukan sekitar tiga botol bibit jamur F2 ukuran satu literan, dengan takaran sekitar dua sendok, dan satu bulan kemudian sudah mulai tumbuh spora. “Jika spora jamur sudah penuh hingga dalam media tanam, berarti jamur sudah siap tumbuh,” jelas Ismail.

Setelah dalam kondisi siap tumbuh, biasanya dalam tiga hari sudah keluar jamur siap petik cabut. Dan, selanjutnya setelah tujuh hingga 10 hari kemudian akan keluar jamur lagi siap dipetik. Satu media rata-rata mampu mengalami lima kali tumbuh jamur tiram, dan dalam sekali tumbuh biasanya dengan berat sekitar satu hingga dua ons. Proses pencabutan jamur tiram sendiri jangan sampai lebih dari lima hari, karena bisa menjadi sasaran ulat yang suka menggerogoti lembaran jamur. Setelah spora yang ada di dalam media habis, media tanam itu akan kempes dengan sendirinya. Meski masa tumbuh jamur telah habis, media tanam yang tidak digunakan masih mempunyai manfaat, yakni sebagai pupuk NPK organik yang bisa digunakan untuk pekarangan atau untuk budidaya cacing pakan belut.
Agar media tanam bisa berkembang dengan baik, diperlukan ruangan yang sejuk. Pembudidaya bisa membuat kandang khusus yang berisi rak untuk meletakkan media tanam dalam posisi miring. Kandang jamur bisa didesain dengan atap daduk atau anyaman daun tebu. Sedangkan dindingnya bisa berupa anyaman bambu atau plastik dan beralaskan pasir atau tanah. Untuk menjaga suhu kelembaban dalam kandang, biasanya dalam ruangan dilakukan penyemprotan dua hari sekali dan lantai disiram air setiap hari. Suhu ideal dalam kandang antara 23 hingga 30 derajat celcius. “Semua wilayah di Blitar bisa digunakan untuk lokasi budidaya jamur, tergantung bagaimana menyiapkan kandang dengan kelembaban yang dibutuhkan jamur untuk tumbuh dengan baik,” terang Ismail.
Dalam budidaya jamur tiram, gangguan biasanya datang jika proses perebusan dan pengukusan yang tidak sempurna, bisa mengakibatkan media bibit terkontaminasi udara luar. Situasi ini, bisa dilalui dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki pembudidaya. Pasalnya, jika media bibit dan media tanam sudah tidak sempurna, tentu akan berpengaruh dari jamur tiram yang dihasilkan. (ynu/ris)

Sumber: Radar Blitar

 
Cara Membuat Bibit :
-   Air rebusan wortel dan kentang yang dihasilkan dari pemanasan dengan suhu 100 derajat celcius selama dua jam, dicampurkan dengan agar-agar batangan.
-   Campuran protein sayuran dan agar-agar batangan dipanaskan hingga bercampur menjadi satu.
-   Kemudian larutan ini dimasukkan ke dalam tabung reaksi ukuran sekitar 25 mililiter.
-   Takaran sekitar seperempat tabung reaksi dan diletakkan dalam rak dengan posisi dimiringkan
-   Tabung reaksi disumbat kapas agar larutan tidak kemasukan benda asing
-   Spora jamur dimasukkan ke dalam tabung reaksi, setelah larutan didinginkan sekitar dua hingga tiga hari
-   Dalam waktu sekitar dua minggu, spora berubah menjadi bibit jamur atau biasa diistilahkan formula nol (F0)
Sumber: Ismal, Pembudidaya jamur asal Garum

13 komentar:

  1. mantab, smpk detail penjelasannya...

    BalasHapus
  2. ben lek dibaca jelas n mantab,.,.hehehe

    BalasHapus
  3. saya butuh jamur tiram..monggo yg punya..andi 0878 511 32 102..tq

    BalasHapus
  4. yang butuh jamur tiram bsa cek di http://kimkentongan.blogspot.com/2014/05/agrowisata-jamur-tiram.html atau hub 08563691351

    BalasHapus
  5. mas saya pengen beli bibit jamur tiram kira2 di blitar daerah mana mas,,mohon infonya

    BalasHapus
  6. Ada pengepul jamur tiram area Kesamben Blitar.. ....

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Cari bibit jamur +852 9451 0907/yuni

    BalasHapus
  9. Sekarang ada bi2t jamur tiram siap tanam gak om?

    BalasHapus
  10. Sekarang ada bi2t jamur tiram siap tanam gak om?

    BalasHapus