Sabtu, 05 Mei 2012

Mengenal Badugol, Blitar Asli Durian Gogolatar


Foto: yanu aribowo/radar blitar
Varietas Unggul: Supriyanto berada di kebun duriannya di Lingkungan Gogolatar, Kelurahan Kaweron, Kecamatan Talun

Dikenal sebagai Raja, Diakui Pemerintah

Musim durian telah lewat. Blitar sendiri ternyata memiliki durian asli, namanya Badugol. Jenis durian ini dinobatkan sebagai king of fruits (raja durian). Seperti apa? Berikut laporannya. 

Yanu Aribowo, Blitar

Durian jenis Badugol sendiri menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Kabupaten Blitar. Sebab, durian ini asli varietas dari Blitar. Durian jenis ini memang berasal dari Lingkungan Gogolatar, Kelurahan Kaweron, Kecamatan Talun. Nama Badugol sendiri juga diambil dari singkatan kata Blitar Asli Durian Gogolatar (Badugol). Keistimewaan kualitias durian ini juga diakui dalam Festival Durian se-Jawa Timur pada tahun 1 Maret 2010 lalu di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur di Malang. Badugol saat itu dinobatkan sebagai Raja Durian. 


Meski menjadi primadona, durian ini tidak pernah diperdagangkan secara umum di pedagang, apalagi di swalayan. Supriyanto, 59, pemilik pohon durian ini tidak pernah menjual hasil panenannya kepada pedagang. Selama ini, penjualan dilakukan langsung ke konsumen yang berasal dari berbagai kota, antara lain Kediri, Tulungagung, Malang, dan Blitar sendiri. “Selama ini tidak ada kios yang menjual, promosi lebih pada getok tular dari mulut ke mulut sesama penggemar durian,” kata pria yang dikaruniai satu anak ini.

Kepada Radar Blitar, pria berkacamata ini menuturkan, awal bergelut dengan durian, sejak 1986 silam. Awalnya dia menanam bibit durian sebanyak 40 pohon. Namun dalam beberapa bulan kemudian hanya tinggal satu batang pohon yang bertahan. Bibit asal Lampung, Sumatera, itu tak kuat dengan pupuk kandang yang diberikan saat itu. Pasalnya, selain durian saat itu Supriyanto, juga menanam jeruk. Nah, dengan gagal tanam itulah pria ini memutar otak karena keterbatasan biaya yang dimilikinya saat itu. “Saya cari pongge (isi, Red) untuk disemaikan dari jenis lokal,” ujarnya.

Setelah itu, Supriyanto mencari mata tunas yang bagus mulai dari wilayah Gandusari hingga Srengat, untuk proses okulasi penempelan mata tunas dengan tanaman hasil penyemaiannya sendiri. Kala itu, sekitar Januari 1987 dia mendapatkan sebanyak delapan jenis dan dilakukan okulasi untuk mencari hasil yang terbaik. Karena belum ada pengalaman, saat itu asal ada info bagus dia langsung mengambil dan ditanamnya. Dan akhirnya delapan pohon itu terus tumbuh bersama jeruk hingga lima tahun kemudian atau tahun 1992 mulai berbuah untuk yang pertama kalinya. Nah, untuk memperkenalkan hasil buah tanamannya, dia memperkenalkan terlebih dahulu jenis okulasi dari wilayah Bajang dan responnya sangat baik. Namun dagingnya kurang tebal karena kalah usia, dengan pohon aslinya dari Kelurahan Bajang, yang telah berusia ratusan tahun.

Hingga akhirnya dari proses pengenalan itu diketahui durian hasil okulasi dari Desa Wonorejo, Kecamatan Srengat yang dinilai paling bagus kualitasnya, dengan pongge cemet dan kulitnya tipis, sehingga bagian yang bisa dimakan lebih banyak. Setelah memperkenalkan duriannya, sekitar tahun 1995, penggemar durian mulai berdatangan. Hingga tahun 2000 penggemar mulai ramai dari luar kota. Selanjutnya tahun 2008 ada perhatian dinas pertanian, walaupun sebenarnya tahun 1997 dinas terkait sudah mengetahuinya.

Saat itu ada program dari provinsi terkait eksplorasi varietas lokal untuk diangkat menjadi produk unggulan. Dan dilakukan observasi pada rentang tahun 2008-2009, dengan tujuan diajukan sebagai varietas unggul ke Kementerian Pertanian (kementan) berdsarkan kualitas buah yang dimiliki. Hingga akhirnya dalam proses itu, dari dinas ada tawaran lomba di Malang, dan akhirnya menyabet juara satu. Hingga perlombaan Maret itu, nama durian unggulan itu masih bernama Dugol saja, hingga setelah diajukan ke Pusat Perlindungan Variates Tanaman Kementan pada Juli 2010, nama durian ditambahkan menjadi Badugol. Hingga akhirnya pada 8 April 2011 keluar Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1841/Kpts/SR.120/4/2011 tentang Pelepasan Durian Badugol sebagai varietas unggul.

Menurut Supriyanto, saat ini ada 30 pohon di lahan miliknya yang terdiri dari delapan varietas. Nah, dengan usia pohon sekitar 25 tahun ini, saat ini ada sebanyak 10 pohon jenis Badugol. Setiap kali musim panen, rata-rata setiap pohon menghasilkan buah antara 75 – 150 buah. Nah, dengan hasil buah seperti itu, dalam satu kali musim panen, 10 pohon itu bisa menghasilkan seribuan buah. Dengan kondisi itu, sebanyak 95 persen penggemar durian langsung datang sendiri ke kebun Supriyanto. “Bahkan ada yang terpaksa indent,” jelasnya.

Nah, dalam proses pelepasan Durian Badugol sebagai varietas unggul, diketahui jika induk yang ada di Desa Wonorejo, Kecamatan Srengat sudah tidak ada, sehingga keturunan tertua dari induk itu hanya ada di Lingkungan Gogolatar tersebut. Kala itu, 1987, pohon itu sangat besar, dirangkul dua orang dewasa saja tak cukup. “Saya sudah cek, ternyata memang tidak ada, sudah ditebang. Pohon itu merupakan hasil tumbuh alami yang berusia ratusan tahun,” jelasnya sambil mengenang induk pohon Badugol.

Saat ini, Badugol bersanding dengan durian unggulan dari Jawa Timur yang telah dilepas sebagai varietas unggulan, antara lain jenis Tawing, Magetan; Bido, Jombang; Ripto, Trenggalek; Gapu dan Kelud, kediri; dan Badugol sendiri. Nah, untuk mendukung hasil tanaman Supriyanto itu, pada November 2011 lalu, Kelurahan Kaweron dan Bajang dijadikan kawasan durian dengan penanaman 800 pohon di dua wilayah tersebut hasil kerjasama dengan dinas terkait.

Selain itu, Supriyanto juga fokus pada upaya pembibitan yang saat ini sudah tersedia sekitar dua ribu bibit. Dia sendiri akan melepasnya dengan harga Rp 50 ribu per pohon. Sedangkan durian Badugol sendiri harga jualnya juga lebih terjangkau dengan harga Rp 20 ribu per kilogramnya, dengan rata-rata perbuah seberat dua kilogram. Selain lebih murah dari durian montong, buah yang bisa dimakan juga lebih banyak per bijinya sekitar 42 persen. “Kalau montong biasanya sekitar 38 persen,” tukas Supriyanto. (*)

Sumber: Radar Blitar, 21 Februari 2012

2 komentar:

  1. bisa minta info untuk pembelian bibit tanaman duriannya dimana?

    BalasHapus
  2. kalau boleh tau alamatnya dmna ya...apa boleh berkunjung ke kubunnya?

    BalasHapus