Ku persembahkan karya kecil ini untuk Blitar Raya, semoga bermanfaat. Blog ini berisi tentang hal menarik di seputar Blitar Raya. Dengan wilayah 25 kecamatan kabupaten/kota, tentu sangat banyak hal menarik yang bisa dinikmati. Untuk itu karya sederhana ini hadir dan Insya Allah masih terus berkarya, karena masih banyak tentang Blitar Raya yang bisa dituliskan di sini. Tunggu karya berikutnya. AKU BANGGA JADI WONG BLITAR [ocehan si Ndanden]
Minggu, 27 Juli 2014
Sabtu, 26 Juli 2014
Kamis, 24 Juli 2014
Rabu, 23 Juli 2014
Selasa, 22 Juli 2014
Minggu, 20 Juli 2014
Sabtu, 19 Juli 2014
Jumat, 18 Juli 2014
Rabu, 16 Juli 2014
Senin, 14 Juli 2014
Jumat, 11 Juli 2014
Minggu, 06 Juli 2014
Jumat, 04 Juli 2014
KH Hasbulloh & KH Dimyati Selopuro
KH Hasbulloh,
dan KH Dimyati, merupakan kiai berpengaruh dari Desa Ploso, Kecamatan Selopuro.
Kini sepeninggal kiai, yang merupakan ayah dan anak, makam keduanya di Dusun
Kasim, Desa Ploso, menjadi jujugan para peziarah dari berbagai kota. Untuk
mengenang jasa-jasa beliau digelar dzikir akbar Majelis Dzikir Kanzul Jannah
“Jumpa Sehat” pada Kamis Legi malam Jumat Pahing. KH Hasbulloh,
dikenal sebagai Kiai Nalindra, yakni seorang ksatria merangkap kiai dan pejabat,
yakni pernah menjabat legislatif dan Kepala Desa Ploso. Nama kecil KH
Hasbulloh, adalah Irdali dan berganti Roihuddin, setelah mondok. Ketika naik
haji namanya ditambah menjadi KH Hasbulloh. Konon beliau adalah keturunan Sunan
Geseng, dan lahir di Kali Watubumi, Bedug Butuh, Begelen, Purworejo, Jawa
Tengah.
Kamis, 03 Juli 2014
Habib Achmad bin Alwi Assegaf
Habib Achmad bin Alwi Assegaf, pendakwah Islam asal Hadramaut, Yaman, ini masih memiliki garis keturunan Nabi Muhammad SAW, ke-34 melalui Syayidina Husain. Saat masih hidup dikenal sangat dermawan, dan sarana dakwahnya adalah berdagang sambil membawa dokar. Sebelum menikah di Desa Tuliskriyo, Kecamatan Sanankulon, Habib Achmad, telah menikah di Surakarta dan dikaruniai empat putri dan seorang putra.
Kedatangannya di wilayah Blitar, karena pesan Habib Munir, kerabat yang lebih dulu tinggal dan menikahi Bu Pir, perempuan Desa Tuliskriyo, dan kemudian kembali ke tanah kelahirannya di Hadramaut, Yaman. Habib Achmad mendapatkan amanat agar mendatangi Desa Tuliskriyo, untuk menemui seorang anak Habib Munir, yakni Umi Khulsum dan akhirnya diperistri, namun tidak dikaruniai anak. Habib Achmad wafat pada 1951 dan dimakamkan di belakang Masjid Riyadhlotus Sholikin, di Desa Tuliskriyo. Haul Habib Achmad biasanya diagendakan setiap akhir Syawal, selain itu setiap Kamis Kliwon malam Jumat Legi, juga digelar tahlilan dan salawatan bersama.
Rabu, 02 Juli 2014
Syech Abu Hasan, Guru Ulama Besar
Al Maghfurlah Syech Abu Hasan, merupakan tokoh kharismatik yang memiliki jasa besar mengembangkan Islam. Yakni berjasa dia mendirikan Ponpes Nurul Huda, Desa Kuningan, Kecamatan Kanigoro, ponpes tertua di Blitar Raya, yang didirikan pada 1830 silam. Haul Akbar Syech Abu Hasan, yang digelar setiap 11 Muharram, dengan jamaah yang berasal dari Blitar, Malang, Jombang, hingga Jogjakarta. Di lokasi itu, selain kiai asal Jogjakarta, ini juga ada makam Nyai Buriyah, sang istri serta anak cucunya. Sebagai tokoh Islam pada pertengahan 1800-an, Syech Abu Hasan menurunkan beberapa tokoh-tokoh Islam yang tersebar di berbagai daerah. Antara lain cucu beliau adalah KH Sholeh (Blitar), KH Abu Masar (Blitar), KH Mukarom (Kediri), KH Hamam (Blitar), KH Mansur (Blitar), KH Imam Royan (Blitar), KH Umar (Blitar), dan KH Zahid (Blitar).
Selasa, 01 Juli 2014
KH Nur Miftah, Kiai Seribu Masjid
KH Nur
Miftah, yang juga disapa Mbah Solihi ini mempunyai julukan Kiai Seribu Masjid.
Makam beliau berada di Kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Putra Putri Raudlatul
Hanan, Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, yang didirikannya pada 1995 silam. Selain
ziarah Ramadan, biasanya juga ada ziarah Kamis Kliwon malam Jumat Legi, dan Jumat
Legi malam Sabtu Pahing. KH Nur Miftah, wafat pada usia 77 tahun, yakni hidup pada
masa 25 Agustus 1932 hingga 27 Agustus 2009. Beliau meninggalkan seorang istri Nyai
Hj Muthmainah, 62, dan 10 orang anak. Julukan Kiai Seribu Masjid, ini karena semasa
hidupnya kiai kharismatik ini sering diundang untuk memberikan doa dan tumbal saat
mendirikan sebuah masjid. Yakni di beberapa kota, seperti di Blitar, Kediri,
Malang, Tulungagung, Trenggalek, Nganjuk, Jombang, hingga Surabaya.