BLITAR - Pangsa pasar
yang bagus bagi jamur tiram, membuat budidaya jamur
ini banyak diminati. Di
wilayah Blitar Raya sendiri, budidaya jamur tiram sudah ada di beberapa kecamatan.
Antara lain Gandusari, Wlingi, Kademangan, Sutojayan, dan Garum. Salah satunya
seperti yang dilakukan Ismail, 55, warga Dusun Manukan, Desa Pojok, Kecamatan Garum
ini.
Daya serap jamur tiram
yang tinggi, bisa mendatangkan keuntungan yang tinggi bagi pembudidaya. Memang saat ini prospek
penjualan bibit jamur dan jamur segar sangat tinggi. Untuk bibit jamur formula
dua (F2), paling banyak menyuplai kebutuhan pembudidaya wilayah Kalimantan dan
Sumatera. Tak hanya luar pulau, kebutuhan lokal akan bibit jamur F2 juga
banyak, yakni Jawa Tengah, Malang, Kediri, Tulungagung, dan Blitar sendiri.
Saat ini, pasaran bibit F2
sendiri berkisar antara Rp 7.500 hingga Rp 15 ribu, melihat ukuran botol media
bibit tersebut. Selain
penjualan bibit F2, pembudidaya juga melepas bibit jamur dalam bentuk media
tanam plastik siap tumbuh, dengan harga sekitar Rp 2.500 per buahnya. Sedangkan
jamur tiram segar, saat ini harga pasaran berkisar pada angka Rp 8-10 ribu.
Untuk jamur tiram pasar Malang,
juga sangat besar menyerap penjualan dari wilayah Blitar. Setiap hari,
permintaan dari Malang bisa mencapai satu kuintal per hari, bahkan bisa lebih.
Tidak hanya itu, olahan jamur tiram juga memiliki pasar tersendiri.
Nah,
bagi pembudidaya pemula,
bisa memulai budidaya dengan jumlah sekitar 100 hingga 200 media tanam. Jika
memulai budidaya pembelian media tanam siap tumbuh, keuntungan yang didapat
bisa 100 persen hingga masa petik cabut jamur tiram berakhir. Jika menginginkan
keuntungan yang lebih besar, pembudidaya bisa membeli bibit jamur F2, dan
membuat media tanam sendiri.
Bagi pembudidaya yang terjun total, semua proses budidaya
mulai bibit hingga pemetikan jamur dilakukan sendiri. Bagi Ismail, media yang
digunakan untuk proses pembibitan awal adalah, bahan sayur-sayuran. Yakni, gabungan antara wortel
dan kentang yang direbus dan diambil airnya. Kedua sayuran itu direbus bersama
air murni,
dan dipanaskan hingga suhu air mencaapi 100 derajat celcius, selama kurang
lebih dua jam. Dari rebusan awal ini,
akan didapatkan air yang bercampur kandungan protein kedua sayuran tersebut.
Selanjutnya, air
dengan sari sayuran itu dicampurkan dengan agar-agar batangan. Lantas kedua
bahan ini dipanaskan hingga bercampur menjadi satu. Kemudian sebagai media
pembuatan bibit jamur, larutan ini dimasukkan ke dalam tabung reaksi ukuran
sekitar 25 mililiter, dengan takaran sekitar seperempat tabung reaksi. Dari
proses ini, tabung reaksi kemudian diletakkan dalam rak dengan posisi dimiringkan, dan disumbat kapas
agar larutan tidak kemasukan benda asing lainnya.
Untuk
memasukkan spora jamur ke dalam tabung reaksi, diperlukan pendinginan larutan
dalam waktu sekitar dua hingga tiga hari. Nah, dalam waktu sekitar dua minggu,
spora yang telah dimasukkan tadi akan berubah menjadi bibit jamur atau biasa
diistilahkan formula nol (F0), yakni bibit jamur yang pertama kali. Dari bibit
F0 inilah lalu dikembangkan lagi menjadi bibit yang lebih banyak lagi, atau
yang disebut dengan formula satu (F1). “Untuk satu tabung reaksi F0 bisa
dijadikan sekitar empat botol bibit F1,” ujar Ismail.
Lanjut pria 55
tahun, untuk mengeluarkan
bibit jamur yang telah menempel pada tabung reaksi perlu menggunakan pinset.
Satu botol calon F1 memerlukan bibit jamur F0 sekitar satu sentimeter yang
menempel pada tabung reaksi. Untuk media yang digunakan dalam proses pembuatan
bibit F1, diperlukan kombinasi berbagai bahan dasar. Yakni, serbuk gergaji seberat
satu kilogram, bekatul padi seberat satu kilogram, bekatul jagung seberat 0,5 kilogram,
serbuk kapur seberat satu ons. Setelah semua bahan
tersebut tercampur, kemudian ditambahkan air secukupnya atau sekitar 60 persen.
“Dari adonan ini biasanya bisa jadi sekitar 10 botol media bibit F1 dengan
ukuran botol satu literan,” jelasnya.
Setelah
kemasan media bibit siap, kemudian media dalam botol kaca tersebut dikukus
dalam suhu sekitar 100 derajat celcius selama kurang lebih lima hingga tujuh
jam. Kebanyakan, para pembudidayaan menggunakan drum bekas yang dimodifikasi
sedemikian rupa agar menjadi kedap, serta suhu dan tekanan di dalam drum bisa
terkontrol. Setelah proses pengukusan selesai,
baru dilakukan proses pendinginan media, sebelum akhirnya dimasukkan bibit
jamur F0. Setelah didiamkan dalam
waktu sekitar sebulan, bibit F0 yang awal dimasukkan di ujung botol sudah
bereaksi dan merambat hingga ke dasar botol, dan jadilah bibit F1.
Nah,
langkah yang sama bisa dilakukan dalam proses pembuatan bibit formula dua (F2).
Untuk satu botol F1 ukuran botol satu literan bisa digunakan untuk pembuatan
sekitar 200 ratusan botol bibit F2,
dengan takaran sekitar satu sendok teh bibit F1. Dalam waktu sekitar sebulan,
media bibit F2 sudah dipenuhi dengan spora jamur yang merambat ke dasar botol. Agar
tidak terjadi kontaminasi dengan spora jamur liar, semua proses pemindahan
calon bibit harus dilakukan dalam kondisi ruang dan botol yang steril. Untuk itu,
biasanya diperlukan ruangan khusus yang dilakukan untuk pembuatan pembibitan. Pembudiya
akan menyemprotkan terlebih dahulu alkhohol kandungan 95 persen ke berbagai
sudut ruangan dan botol agar steril.
Setelah
pembuatan bibit selesai, diperlukan media tanam untuk menghasilkan jamur tiram.
Untuk pembuatan media tanam bisa dilakukan dengan perbandingan serbuk gergaji
sekitar satu kuintal, bekatul padi seberat 10-15 kilogram, bekatul jagung seberat
lima kilogram, serbuk kapur seberat satu kilogram, serta ditambahkan air secukupnya.
Dari adonan itu bisa dihasilkan sebanyak media tanam sekitar 120 baglog atau plastik dengan ukuran 18 x
35 sentimeter dengan tebal 0,4 milimeter. Setelah media bibit jadi, juga
diperlukan pengukusan seperti pembuatan media bibit sebelumnya. Pada saat
dikukus, cincin pada ujung media tanam harus ditutup. Baru setelah didinginkan
dibuka dan diganti dengan koran yang telah disterilkan usai dimasukkan spora
bibit jamur. Untuk media tanam 120 buah, diperlukan sekitar tiga botol bibit
jamur F2 ukuran satu literan, dengan takaran sekitar dua sendok, dan satu bulan
kemudian sudah mulai tumbuh spora. “Jika spora jamur sudah penuh hingga dalam
media tanam, berarti jamur sudah siap tumbuh,” jelas Ismail.
Setelah
dalam kondisi siap tumbuh, biasanya dalam tiga hari sudah keluar jamur siap petik
cabut. Dan,
selanjutnya setelah tujuh hingga 10 hari kemudian akan keluar jamur lagi siap
dipetik. Satu media rata-rata mampu mengalami lima kali tumbuh jamur tiram, dan dalam sekali
tumbuh biasanya dengan berat sekitar satu hingga dua ons. Proses pencabutan jamur
tiram sendiri jangan sampai lebih dari lima hari, karena bisa menjadi sasaran ulat yang
suka menggerogoti lembaran jamur. Setelah spora yang ada di dalam media habis,
media tanam itu akan kempes dengan sendirinya. Meski masa tumbuh jamur telah
habis, media tanam yang tidak digunakan masih mempunyai manfaat, yakni sebagai
pupuk NPK organik yang bisa digunakan untuk pekarangan atau untuk budidaya
cacing pakan belut.
Agar
media tanam bisa berkembang dengan baik, diperlukan ruangan yang sejuk. Pembudidaya
bisa membuat kandang khusus yang berisi rak untuk meletakkan media tanam dalam
posisi miring. Kandang jamur bisa didesain dengan atap daduk atau anyaman daun
tebu. Sedangkan dindingnya bisa berupa anyaman bambu atau plastik dan
beralaskan pasir atau tanah. Untuk menjaga suhu kelembaban dalam kandang,
biasanya dalam ruangan dilakukan penyemprotan dua hari sekali dan lantai
disiram air setiap hari. Suhu ideal dalam kandang antara 23 hingga 30 derajat
celcius. “Semua wilayah di Blitar bisa digunakan untuk lokasi budidaya jamur,
tergantung bagaimana menyiapkan kandang dengan kelembaban yang dibutuhkan jamur
untuk tumbuh dengan baik,” terang Ismail.
Dalam
budidaya jamur tiram, gangguan biasanya datang jika proses perebusan dan
pengukusan yang tidak sempurna,
bisa mengakibatkan media bibit terkontaminasi udara luar. Situasi ini, bisa
dilalui dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki pembudidaya. Pasalnya, jika media bibit dan
media tanam sudah tidak sempurna, tentu akan berpengaruh dari jamur tiram yang
dihasilkan. (ynu/ris)
Sumber: Radar Blitar
Cara Membuat Bibit :
- Air
rebusan wortel dan kentang yang dihasilkan dari pemanasan dengan suhu 100
derajat celcius selama dua jam, dicampurkan dengan agar-agar batangan.
- Campuran
protein sayuran dan agar-agar batangan dipanaskan hingga bercampur menjadi
satu.
- Kemudian
larutan ini dimasukkan ke dalam tabung reaksi ukuran sekitar 25 mililiter.
- Takaran
sekitar seperempat tabung reaksi dan diletakkan dalam rak dengan posisi
dimiringkan
- Tabung
reaksi disumbat kapas agar larutan tidak kemasukan benda asing
-
Spora jamur dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, setelah larutan didinginkan
sekitar dua hingga tiga hari
-
Dalam waktu sekitar dua minggu,
spora berubah menjadi bibit jamur atau biasa diistilahkan formula nol (F0)
Sumber: Ismal,
Pembudidaya jamur asal Garum
mantab, smpk detail penjelasannya...
BalasHapusben lek dibaca jelas n mantab,.,.hehehe
BalasHapussaya butuh jamur tiram..monggo yg punya..andi 0878 511 32 102..tq
BalasHapusyang butuh jamur tiram bsa cek di http://kimkentongan.blogspot.com/2014/05/agrowisata-jamur-tiram.html atau hub 08563691351
BalasHapusmas saya pengen beli bibit jamur tiram kira2 di blitar daerah mana mas,,mohon infonya
BalasHapusBeli baglog dimana
BalasHapusAda pengepul jamur tiram area Kesamben Blitar.. ....
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusCari bibit jamur +852 9451 0907/yuni
BalasHapuswaw sangat bermanfaat trimkasih sudah berbagi info pertanian online,
BalasHapuskunjungi balik Cara budidaya porang
Sekarang ada bi2t jamur tiram siap tanam gak om?
BalasHapusSekarang ada bi2t jamur tiram siap tanam gak om?
BalasHapusper baglog pinten njeh ..
BalasHapus