BLITAR – Pangsa pasar kakao yang sangat bagus, dengan peningkatan per tahun yang signifikan, bisa menjadi peluang bisnis yang menggiurkan. Bahkan data terakhir, penyerapan pasar kakao di Indonesia mengalami pertumbuhan sekitar lima persen. Saat ini, di Indonesia kebutuhan kakao tak terhingga, dan produksi di negeri ini masih sekitar 600 ribu ton per tahun. Tentu dengan kondisi tersebut, masih terbuka peluang besar bagi pelaku usaha baru untuk menekuni budidaya Kakao. Untuk wilayah Kabupaten Blitar sendiri, saat ini masih mampu memproduksi sekitar 600 ton per tahun. Produksi itu berasal dari luasan lahan sekitar 3000 hektare, yang menyebar rata di 22 kecamatan. Dengan kemampuan tumbuh di berbagai medan, kesempatan ikut budidaya bahan baku coklat ini masih luas, karena kebutuhan nasional masih tinggi. “Sebab, kakao tidak bisa tumbuh di semua negara. Sementara semua negara membutuhkan kakao,” jelas Ketua Asosiasi Petani Kakao Jawa Timur, Kholid Mustofa.
Menurut warga Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan, ini kebutuhan akan kakao sangat tinggi. Sebab, biji-biji kakao, selain dimanfaatkan sebagai bahan dasar coklat, juga bisa digunakan untuk bahan dasar obat-obatan dan kosmetik. Selain itu, setiap hari harga kakao juga fluktuatif, atau mengalami perubahan mengikuti perkembangan dollar Amerika. Berdasarkan data pada Senin (23/7) pada pukul 09.00, harga kakao berada pada Rp 19 ribu per kilogramnya. “Setiap harinya harga kakao bisa mengalami perubahan, mengikuti fluktuasi harga dollar Amerika,” jelasnya.
Namun, meski mempunyai prospek pasar yang sangat luas, perawatan yang maksimal harus dilakukanuntuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sebab, ada juga kendala yang dialami oleh pembudidaya kakao dalam perawatannya. Salah satunya adalah, kendala penyakit penggerek buah kakao (PBK). Yakni, penyakit yang berasal dari serangga sejenis lalat buah, yang menyerang buah kakao. Akibatnya, jika sudah mengalami serangan serangga tersebut, isi buah kakao menjadi keras, karena telur serangga berkembang di daging biji kakao. “Jika sudah mengalami serangan penyakit PBK, bisa dilakukan penyemprotan obat hama. Namun untuk wilayah Blitar sampai saat ini masih aman. Karena jika terdeteksi segera disemprot, jadi tidak sampai meluas,” terang pria 39 tahun ini.
Selain penyakit, yang perlu mendapatkan perhatian adalah, proses pemangkasan tiga batang ranting utama. Karena jika salah langkah bisa menghabiskan zat makanan pohon, hingga mempengaruhi proses menghasilkan buah. Juga pangkasan rutin perawatan tanaman. Saat tumbuh mata tunas baru, dibutuhkan pengalaman pemangkasan agar pertumbuhan bisa maksimal dan menghasil buah yang banyak. Karena dengan perlakuan yang tepat, pohon kakao bisa menghasilkan buah melebihi pohon kakao lainnya.
Jika ingin memulai budidaya kakao, hal utama yang harus diperhatikan adalah, pemilihan bibit yang berkualitas. Jangan sampai salah bibit, karena kakao adalah tanaman jangka panjang. Kalau sampai salah memilih bibit, hal itu berpengaruh pada hasil panen. Jika mendapatkan perawatan dan pemupukan yang bagus, tanaman kakao bisa bertahan hidup hingga mencapai umur 75 tahun. Saat ini bibit kakao di pasaran berkisar pada harga Rp 2.500 hingga Rp 3.700.
Untuk mencari bibit yang berkualitas, bisa mencari tempat pembibitan terpercaya, yang benihnya mendapatkan rekomendasi dari pemerintah. Yakni, berupa sertifikat atau surat keterangan asal benih. Selain di Blitar, bibit juga bisa didapatkan di Trenggalek, sedangkan untuk benih ada di Jember. Pada proses awal budidaya, bibit kakao berumur enam bulan. Jika proses perawatan dan pemupukan tepat, dalam jangka waktu dua tahun usai tanam, pohon sudah mulai berbuah. Satu pohon kakao memerlukan lahan sekitar 3 x 3 meter, dan dalam luasan lahan satu hektare bisa diisi sekitar 1100 batang pohon. Untuk Kabupaten Blitar, semua wilayah di 22 kecamatan cocok untuk pembudidayaan kakao. Pasalnya, tanaman ini merupakan tanaman kering sehingga mudah beradaptasi dengan berbagai jenis wilayah.
Proses penanaman bisa dimulai dengan menggali lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 60 sentimeter. Nah, tanah galian itu lalu dicampurkan dengan pupuk bokasi atau pupuk kandang yang sudah terurai dengan tanah. Campuran tanah galian dengan pupuk, perbandingan 50 : 50, kemudian diurugkan kembali ke lubang tanam. Setelah itu disiram dengan air secukupnya. Baru setelah campuran tanah dan pupuk memenuhi lubang tanam, kemudian dilakukan proses penanaman bibit kakao.
Untuk wilayah dengan suplai air minim, sebaiknya proses penanaman dilakukan pada awal musim hujan. Sedangkan untuk lahan dengan suplai air normal, tidak ada batasan pemilihan waktu penanaman. Karena tanaman kakao ini sangat membutuhkan air dalam kurun waktu satu tahun pertama. Selain itu, tanaman kakao sebagai tanaman utama, dalam lahan budidaya juga diperlukan tanaman naungan. Hal itu karena asal tanaman kakao dari hutan, sehingga membutuhkan tanaman pelindung, seperti lamtoro, kelapa, atau tanaman keras lainnya selama akarnya tidak mengganggu.
Selain itu, juga perlu tanaman pelindung sementara, berupa reside dan pisang. Jika daun kakao sudah saling bersinggungan dengan daun lainnya, tanaman pelindung sementara ini bisa dimatikan. “Jadi lingkungan seolah-olah seperti hutan tempat asalnya,” ujar pria yang telah dikaruniai dua anak ini. Terkait perawatan, hingga dalam waktu dua tahun masa tanam, hanya diperlukan pemupukan sebanyak empat ons per tahun. Yakni, dengan pupuk NPK. Biasanya pupuk diberikan pada awal musim dan akhir musim hujan, dengan radius 40 sentimeter dari batang, selain membutuhkan air secukupnya. Dalam waktu satu tahun pertama, pemangkasan batang ranting harus dilakukan agar tanaman tumbuh dengan maksimal. Yakni, hanya disisakan tiga batang utama, yang dipilih berdasarkan yang tersehat dan serasi ukuran batang, karena biasanya bisa tumbuh beberapa batang atau sekitar lima batang. Baru setelah itu dengan perawatan rutin, pemangkasan batang ranting yang tumbuh menyusul.
Dalam dua tahun masa tanam, tanaman kakao akan berbuah untuk pertama kalinya. Dari usia dua tahun hingga tiga tahun, hasil panen kakao berdasarkan analisa pembudidaya saat ini, sudah cukup untuk pembiayaan operasional, mulai masa tanam bibit, perawatan hingga masa berbuah datang. Untuk masa berbuah satu tahun pertama, biasanya dalam kondisi normal, dalam satu hektare bisa menghasilkan kakao sekitar satu ton. Semakin bertambahnya usia tanaman, kakao yang dihasilkan dengan sendirinya mengikuti. Dalam usia 3-5 tahun, bisa menghasilkan kakao sekitar dua ton per hektare per tahun. Selanjutnya, masa tanam usia lima tahun ke atas, bisa menghasilkan sekitar empat ton per hektare per tahun.
Proses paska panen kakao juga sangat mudah. Karena tidak mengenal musim berbuah, kakao yang berbuah bisa dipanen hampir setiap hari. Dari proses berbunga, biasanya dalam waktu sekitar empat bulan buah kakao sudah matang dengan kulit semakin gelap. Setelah buah matang dipetik, segera dikupas dan biji kakao dimasukkan ke dalam karung plastik selama empat hari. Tujuannya, untuk menurunkan kadar air yang menyelimuti biji. Baru setelah kadar air berkurang, biji kakao dijemur selama empat hari untuk proses pengeringan terakhir, sebelum dijual ke pemasok atau pabrikan. Untuk wilayah Kabupaten Blitar, hasil Kakao dimanfaatkan untuk pengolahan pabrikan di Jakarta, dan eksportir di Malaysia serta Singapura. (ynu/ris)
Awal Budidaya Kakao:
- Pilih bibit kakao berumur enam bulan
- Jika proses perawatan dan pemupukan tepat, dalam jangka waktu dua tahun usai tanam, pohon sudah mulai berbuah.
- Satu pohon kakao memerlukan lahan sekitar 3 x 3 meter, dan dalam luasan lahan satu hektare bisa diisi sekitar 1100 batang pohon
Proses Penanaman:
- Dimulai dengan menggali lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 60 sentimeter
- Tanah galian dicampur dengan pupuk bokasi atau pupuk kandang yang sudah terurai dengan tanah
- Campuran tanah galian dengan pupuk, perbandingan 50 : 50, kemudian diurugkan kembali ke lubang tanam. Setelah itu disiram dengan air secukupnya
- Setelah campuran tanah dan pupuk memenuhi lubang tanam, kemudian dilakukan proses penanaman bibit kakao
- Untuk wilayah dengan suplai air minim, sebaiknya proses penanaman dilakukan pada awal musim hujan. Sedangkan untuk lahan dengan suplai air normal, tidak ada batasan pemilihan waktu penanaman.
- Butuh tanaman pelindung, seperti lamtoro, kelapa, atau tanaman keras lainnya, selama akarnya tidak mengganggu
Sumber: Ketua Asosiasi Petani Kakao Jawa Timur, Kholid Mustofa
Sumber: Radar Blitar
Mohon info biji coklat hub +6282325478456
BalasHapus