Ku persembahkan karya kecil ini untuk Blitar Raya, semoga bermanfaat. Blog ini berisi tentang hal menarik di seputar Blitar Raya. Dengan wilayah 25 kecamatan kabupaten/kota, tentu sangat banyak hal menarik yang bisa dinikmati. Untuk itu karya sederhana ini hadir dan Insya Allah masih terus berkarya, karena masih banyak tentang Blitar Raya yang bisa dituliskan di sini. Tunggu karya berikutnya. AKU BANGGA JADI WONG BLITAR [ocehan si Ndanden]
Kamis, 28 Juli 2016
Sabtu, 23 Juli 2016
Jumat, 22 Juli 2016
Rabu, 20 Juli 2016
Selasa, 19 Juli 2016
Sabtu, 16 Juli 2016
Kamis, 14 Juli 2016
Musala Al Ishaq (24)
Musala Al Ishaq di Dusun Mandesan, Desa Mandesan, Kecamatan Selopuro, merupakan salah satu tempat ibadah kuno di wilayah Blitar timur. Dulunya, musala ini adalah sebuah masjid. Pada masa penjajahan, untuk menghindari patroli tentara Belanda, masyarakat rela menunaikan Salat Jumat di tepi Sungai Brantas. Tempat ibadah ini dibangun pada masa Kiai Hasan Duriyat, berupa bangunan masjid kecil sekitar 1850 silam. Kiai Hasan Duriyat merupakan salah seorang anak Kiai Ali Kartodjumeno, dari Lingkungan Kebonsari, Kecamatan Garum, yang merupakan seorang prajurit Pangeran Diponegoro.
Kemudian sekitar 1935 silam, bagian depan masjid lawas dibongkar dan ukuran bangunannya menjadi lebih kecil seperti saat ini. Dulunya, di halaman musala ada 10 pohon sawo yang merupakan ciri tempat ibadah yang dibangun prajurit maupun keturunan prajurit Pangeran Diponegoro. Di Desa Mandesan, keturunan Kiai Hasan Duriyat, menyebar di beberapa desa, yakni Nyai Kasibah (Wlingi), Kiai Burhanuddin (Mandesan), Nyai Asiyah (Mandesan), Kiai Abu As'ad (Jambewangi), Kiai Ahmad Nawawi (Mandesan), Kiai Amrun (Mandesan), Kiai Anwar Dawali (Mandesan), dan Nyai Hj. Siti Asmilah (Mandesan).