Tidak hanya di Blitar Raya, upaya menjalin persaudaraan juga bisa dilakukan di tanah rantau. Seperti mbak-mbak ini Minggu, 25 Januari 2015, siang berkumpul di Lai Chi Kok Park, Hongkong, bersama teman-teman dari Blitar Raya. Mereka meluangkan waktu libur untuk sharing pengalaman sehari-hari di tanah rantau. Dari sebelumnya hanya kenal di FB, kini menjadi teman yang nyata. Jika bisa memanfaatkan FB dengan baik, malah bisa mendatangkan kawan, bukan lawan. Sebelumnya di tempat yang sama, pada 30 November 2014 lalu juga dilakukan pertemuan perdana.
Ku persembahkan karya kecil ini untuk Blitar Raya, semoga bermanfaat. Blog ini berisi tentang hal menarik di seputar Blitar Raya. Dengan wilayah 25 kecamatan kabupaten/kota, tentu sangat banyak hal menarik yang bisa dinikmati. Untuk itu karya sederhana ini hadir dan Insya Allah masih terus berkarya, karena masih banyak tentang Blitar Raya yang bisa dituliskan di sini. Tunggu karya berikutnya. AKU BANGGA JADI WONG BLITAR [ocehan si Ndanden]
Minggu, 25 Januari 2015
Golek Seduluran neng Alon-alon Blitar
Hasil #ngrumpi_bareng di Alon-alon Blitar pada Minggu, 4 Januari 2015, dari teman-teman grop FB 'Blitar Kutho Cilik Sing Kawentar'. Semoga ke depan, pertemuan bisa rutin diselenggarakan dan bisa membahas hal-hal yang bermanfaat, seperti sasaran #BlitarBerbagi. Aaminn
Senin, 12 Januari 2015
Pantai Pasir Putih (Pasetran Gondo Mayit)
Pantai Pasir Putih ini merupakan tetangga Pantai Tambakrejo, karena memang sama-sama berada di Desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto, tepatnya berada di sisi timurnya. Ada dua rute menuju pantai ini, pengunjung bisa pilih melintasi jalan setapak di atas bukit, atau memutar sekitar 1,5 km melalui jalan desa. Kendaraan mobil dan sepeda motor bisa memasuki kawasan wisata ini. Jika Pantai Tambakrejo terlalu banyak pengunjung dan ingin menikmati pantai dengan santai, pantai ini merupakan pilihan yang tepat. Selain dekat, saat ini juga sudah ada beberapa warung dan tempat parkir kendaraan. Jadi, jika pengunjung ingin menyusuri bibir pantai, tidak perlu khawatir kelaparan dan kendaraan tetap aman.
Senin, 05 Januari 2015
Melestarikan Tradisi Siraman Gong Kyai Pradah Lodoyo
Sejarah singkat tradisi siraman Gong Kyai Pradah dari berbagai sumber. Bermula pada 1704-1709, saat penobatan Raja Kartasura Sri Susuhunan Pakubuwono I. Raja mempunyai saudara tua, Pangeran Prabu, dari istri selir, yang merasa kecewa karena bukan dia yang mendapatkan amanah menjadi raja. Kala itu timbul niat untuk mencelakakan raja, dan diketahui raja sehingga Pangeran Prabu mendapatkan hukuman membuka hutan belantara di wilayah Lodoyo.
Merasa salah, Pangeran Prabu segera berangkat ke Hutan Lodoyo, bersama istrinya, Putri Wandhasari, dan pengawal setianya, Ki Amat Tariman. Mereka juga membawa pusaka bendhe, Kyai Bicak, sebagai tumbal di Hutan Lodoyo. Pangeran Prabu kemudian semedi di Hutan Pakel, Lodoyo Barat, dan pusaka gong itu dititipkan Nyi Rondo Potrosutho, dengan pesan “Setiap 1 Syawal dan 12 Maulud agar dimandikan dengan air kembang setaman,”. Air bekas memandikan gong bisa digunakan untuk obat dan kehidupan menjadi lebih tentram.
Suatu ketika, Ki Amat Tariman berpisah dengan Pangeran Prabu, dan memukul Gong Kyai Bicak tujuh kali dengan harapan pangeran datang. Namun yang datang malah sejumlah harimau buas, namun tidak menyerang dan malah menjaga Ki Amat Tariman. Sejak saat itu Gong Kyai Bicak mendapat sebutan Gong Kyai Macan atau Kyai Pradah. Hingga saat ini siraman Gong Kyai Pradah, masih tetap dilestarikan dan menjadi salah satu tujuan wisata andalan di Kabupaten Blitar. Tahun ini, siraman Gong Kyai Pradah dilaksanakan di Alun-alun Lodoyo, pada Minggu, 4 Januari 2015.