Kamis, 29 September 2011

Pantai Pangi


Pantai Pangi

Pesona pantai selatan memang tidak pernah habis, Pantai Pangi yang berada di Desa Tumpakkepuh, Kecamatan Bakung memang luar biasa. Meski akses menuju ke bibir pantai lumayan sulit, hal itu tak menyurutkan niat pengunjung untuk menikmati keindahan pantai yang belum dikelola secara maksimal ini. Selain pantai, Desa Tumpakkepuh juga memiliki tempat wisata lainnya, yakni Goa Embultuk dan Goa Trawangan, serta Randu Alas, sebuah pohon randu yang berukuran sangat besar. Nah, tempat itu merupakan andalan wisata yang berada di pesisir laut selatan ini.

Dari pusat Kota Blitar, pantai ini berjarak sekitar 40 km ke arah selatan. Pengunjung disarankan membawa kendaraan sendiri karena hanya ada beberapa angkutan umum yang melintas di desa itu. Ada dua akses yang bisa dilalui untuk menuju Pantai Pangi, yakni perempatan Kantor Desa Tumpakkepuh langsung menuju ke selatan, dan jalur menuju Goa Embultuk yang ada di wilayah barat desa itu. Dari kawasan wisata Goa Embultuk, ada jalur alternatif menuju lokasi pantai. baik dua titik itu, jarak pantai sekitar 3 km saja. Sebagai wisata alam yang sangat menarik, promosi dan sarana pendukung sangat diperlukan untuk pengembangan wisata di Blitar selatan ini.

Ke depan, pantai dan tempat wisata di sekitarnya bakal bisa berkembang jika rencana pembangunan jalur lintas selatan (JLS) yang bakal menghubungkan wilayah di pesisir selatan Jawa Timur itu segera direalisasikan. Sebab selama ini akses medan berbukit dan jauh dari pusat pemerintahan yang menjadi kendala perkembangan wisata di Blitar selatan. Ayo segera wujudkan JLS,.



Rabu, 28 September 2011

Candi Sumbernanas


Candi Sumbernanas

Berada di Dusun Rejoso, Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok. Candi Sumbernanas ditemukan pertama kali pada tahun 1919 ketika tanah di sekitar candi longsor akibar letusan Gunung Kelud. Keadaan bangunannya telah runtuh, hanya tinggal bagian yang masih tersisa seperti yang terlihat saat ini. Nampak bahwa dulu pintu masuknya ada di sebelah barat.

Candi Sumbernanas terdiri atas candi induk (candi yang ukurannya paling besar) dan candi perwaka (candi yang ukurannya lebih kecil dan biasanya terletak di depan candi induk). Susunan bangunan Candi Sumbernanas gaya bangunannya tipe bangunan candi di Jawa Tengah yang bentuknya tambun. Mengenai kapan dan oleh siapa Candi Sumbernanas dibuat belum dapat dipastikan karena belum ada sama sekali keterangan yang berupa angka tahun atau prasasti yang menyebutkannya. Namun dari gaya bangunannya yang mirip candi-candi di Jawa Tengah, para ahli menduga bahwa Candi Sumbernanas termasuk candi tertua di Jawa Timur, kira-kira berasal dari abad 11. (sumber: pos penjagaan Candi Sumbernanas)

Lokasi candi yang tinggal reruntuhannya ini tak jauh dari Kantor Desa Candirejo. Jika ingin berkunjung dari kantor desa jalan lurus ke selatan sekitar 2 km, ada papan nama sederhana tertulis Candi Sumbernanas ke arah barat sekitar 300 meter baru belok ke utara, langsung menemukan gapura pintu masuk candi. Bangunan candi berada di tengah ladang yang tidak terlalu banyak pemukiman warga di sekitarnya.





Rabu, 21 September 2011

Monumen Potlot



Prasati Monumen Potlot

(1) Tugu peringatan pemberontakan PETA Blitar melawan pendjadjah Jepang ini diresmikan pada tahun 1946 oleh Bapak TNI Djendral Soedirman.

(2) Di tempat ini pula bendera sang Merah Putih untuk pertama kalinja dikibarkan oleh Shodancho Parto Hardjono dalam detik2 pemberontakan sedang bergolak pada tanggal 14 Pebruari 1945.








Monumen PETA Blitar


Momunen PETA Blitar

Di tempat ini, pada tanggal 14 Februari 1945 tepat pada jam 02.30 dini hari berdentumlah suara mortir yang pertama sebagai tanda dicetuskannya pemberontakan tentara PETA Blitar dibawah pimpinan Shodancho Soeprijadi melawan penjajah Jepang. Bersama dengan gerakan pasukan tersebut, pada jam 04.00 dikibarkanlah bendera pusaka merah putih ditiang bendera lapangan apel tentara PETA yang terletak di seberang markas daidan.

Pada 14 Februari 1998, pembangunan Monumen PETA Blitar diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur M Basofi Soedirman. Monumen ini terletak di Jalan Sudanco Supriyadi, Kota Blitar di wilayah Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan.






Selasa, 20 September 2011

ngontel keliling Indonesia

Melintas di Jalan Raya Talun di Desa Pasirharjo

Menikmati Blitar Raya

Demi mengenal keberagaman Indonesia, Zulkifli Tanjung nekat meninggalkan kampung halamannya. Pria 34 tahun asal Pangkalan Berandan, Sumatera Utara, bermodal nekat melakukan perjalanan keliling Indonesia menggunakan sepeda pancal. Sejak 16 September 2010, dia meninggalkan kampung halaman menuju Pulau Weh yang merupakan titik nol Indonesia di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Perjalanan Zulkifli berkeliling Indonesia dimulai pada 23 September 2010 lalu dari Kota Sabang, Pulau Weh. Kini setelah hampir setahun berkeliling ke berbagai kota di Pulau Sumatera dan Jawa, sejak Rabu (14/9) lalu dia dengan sepedanya tiba di Blitar Raya. Dan Selasa (20/9), pria itu meninggalkan Blitar sekitar pukul 16.00, setelah mampir di Mapolres Blitar.

Selama berada di Blitar, selama seminggu terakhir selain menikmati suasana baru, dia juga berusaha mengenal setiap daerah yang dikunjunginya. Dia memiliki obsesi untuk menaklukkan Indonesia dengan cara mengayuh sepeda pancal dan bisa masuk rekor MURI dan mengetahui keragaman budaya Indonesia dan target mencapai Merauke pada 2012 mendatang. Usai dari Tulungagung, Blitar, dia melanjutkan perjalanan ke Kediri.

semangat mas bro!!!!!! terima kasih atas doanya tadi,.amin amin aminnnnnn,.,.,.


Melintas di Jalan Raya Talun di Desa Pasirharjo





Rabu, 14 September 2011

Candi Penataran


Candi Penataran

Terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Komplek Candi Penataran pertama kali dilaporkan oleh Sir Thomas Stamford Raffles dalam History of Java, dimana disebutkan bahwa pada tahun 1815 Dr Horsfield menemukan reruntuhan Candi Hindu di Panataran. Dari sisa-sisa struktur dan artefak yang ada di lingkungan komplek candi diketahui bahwa komplek candi ini terdiri dari beberapa bangunan yang pendiriannya tidak dilakukan secara serentak, namun pembangunannya dilakukan bertahap dalam kurun waktu yang relatif panjang. Diperkirakan komplek candi ini dibangun mulai abad ke XII M sampai abad ke XV M. Dengan demikian Komplek Candi Penataran telah dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan Kadiri dan terus dilanjutkan pada masa pemerintahan Kerajaan Singasari dan berakhir pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit.

Komplek Candi Penataran ini memiliki fungsi sebagai suatu tempat pemujaan, hal ini berdasarkan isi prasasti Palah yang menyatakan bahwa Raja Srengga (salah seorang Raja Kerajaan Kadiri) sering mengadakan pemujaan di tempat ini, hal ini juga didukung keterangan dari kitab Nagarakertagama yang menyebutkan bahwa bangunan suci Palah (Penataran) merupakan bangunan Dharma Ipas yaitu bangunan suci para Rsi Saiwa-Sugata yang didirikan di atas tanah wakaf sebagai tempat pemujaan. Dengan luas tanah sekitar 180 x 130 meter, komplek Candi Penataran ini terbagi atas tiga halaman.

Halaman I
Untuk memasuki halaman I melewati pintu gerbang candi bentar yang di kanan kirinya terdapat arca dwarapala berangka tahun 1242 Saka/1330 Masehi. Dalam halaman ini terdapat enam buah bangunan. Di sisi kiri menjorok ke luar terdapat sebuah batu besar yang biasa disebut Bale Agung. Berbahan batu andesit, berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 39 x 16,5 meter dan tinggi 1,5 meter, membujur Utara-Selatan


kunjungan wapres Boediono 4 Mei 2010